Sabtu, 02 November 2019

Mengintip Gurita Bisnis Irwan Mussry Suami Baru Maia Estianty

Kilas Balik 2015: Industri Property Terhuyung

, Jakarta - Untung tidak bisa dicapai, malang tidak dapat tidak diterima. Doa serta keinginan beberapa pengembang di akhir 2014 supaya untung mengalir deras di Tahun Kambing Kayu nyatanya tidak terkabul. Selama 2015, industri property malah terhuyung sampai sampai titik nadir.

Perlambatan perkembangan ekonomi, penurunan daya beli, depresiasi rupiah, ketidakpastian ketentuan pajak, serta ketentuan credit yang lebih ketat jadi gabungan yang membuat industri ini menanggung derita. Penderitaan itu dapat tercermin dari kapasitas perusahaan pengembang yang telah melantai di pasar modal.

PT Bahana Securities, dalam laporan bertopik 2016 Compendium Trying to Lift Off, merilis keuntungan sembilan emiten property turun 22,6% pada kuartal III/2015. Walau sebenarnya, satu tahun awalnya perolehan laba tumbuh 32%.

Bahana meramalkan sampai akhir 2015 keuntungan sembilan emiten property dapat tumbuh 2,3%. Bila perkiraan Bahana pas, hal tersebut akan menyesakkan dada. Masalahnya selama 2014 emiten property mencatat perkembangan laba sebesar 117,3%.

Penurunan kapasitas sembilan emiten property sebenarnya tidak mengejutkan sebab semua emiten punyai konsentrasi di fragmen menengah serta atas, dua fragmen yang paling lemah selama tahun ini.

Dalam analisa Indonesia Properti Watch (IPW), penjualan di fragmen menengah serta atas semasing turun 36,9% serta 31,8%. Survey property yang diedarkan Bank Indonesia meramalkan perkembangan harga di dua fragmen itu tidak melebihi level 4% di akhir 2015.

Pasti, hal itu jadi keadaan yang tidak memberikan keuntungan buat beberapa pengembang yang asik bermain di fragmen menengah serta fragmen atas. Tetapi, keadaan itu tidak butuh di ratapi.

Sebatas memperingatkan, fragmen menengah serta atas ini pernah alami ledakan atau booming dalam periode 2012—2014. Waktu itu, penjualan property melejit, tecermin dari perkembangan credit kepemilikan rumah/apartemen yang sampai 22%—30%.

Berdasar siklus, babak melandai memang sering berlangsung sesudah ledakan teratasi. Bila fragmen menengah serta atas termasuk suram, lain perihal dengan fragmen menengah bawah.

Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) menyebutkan fragmen itu jadi penyelamat perkembangan industri pada tahun ini. Analisa IPW serta mencatat penjualan property di fragmen menengah bawah naik 57%.

Pemerintah serta regulator di bidang pembiayaan tahun ini tengah konsentrasi mencurahkan perhatian ke fragmen menengah bawah. Ini dikerjakan untuk menyangga program satu juta rumah yang digalakkan pemerintah semenjak April 2015.

Pemerintah memang punyai kebutuhan yang besar sekali ter hadap fragmen menengah bawah. Data Kementerian Pekerjaan Umum serta Perumahan Rakyat tunjukkan, 93% dari jumlahnya defisit tempat tinggal sekitar 13,5 juta disumbang dari kelas warga berpendapatan dibawah Rp 4 juta per bulan.

BISNIS

"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar